A. PENDAHULUAN
UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa salah satu tujuan Negara Republik
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, dan oleh karena itu warga
negara Indonesia tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan jender
berhak memperoleh pelayanan pendidikan yang bermutu. Berbagai peningkatan mutu
pendidikan baik pada jalur formal maupun nonformal telah ditempuh pemerintah
kita. Hal ini terbukti lahirnya berbagai program peningkatan mutu yang lain,
seperti SMP salah satunya. Namun adapun demikian program-program peningkatan
mutu yang telah dijalankan tersebut ternyata masih banyak ketertinggalan yang
harus dikejar untuk menyesuaikan dengan perkembangan IPTEK.
Pendidikan adalah produk jasa yang dihasilkan dari lembaga pendidikan yang
bersifat non profit, sehingga hasil dari proses pendidikan kasat mata. Dan
ketika melihat lembaga pendidikan itu sendiri dari kaca mata sebuah corporate,
maka lembaga pendidikan adalah suatu organisasi produksi yang menghasilkan jasa
pendidikan yang dibeli oleh para konsumen. Apabila produsen tidak mampu
memasarkan hasil produksinya, dalam hal ini jasa pendidikan, dikarenakan
mutunya tidak dapat memuaskan konsumen, maka produksi jasa yang ditawarkan
tidak laku. Artinya, lembaga pendidikan yang memproses jasa pendidikan tidak mampu
memuaskan users education sesuai dengan need pasar, bahkan lembaga pendidikan
tersebut tidak akan berlaku untuk terus bertahan.
Berbeda denagan produk fisik, suatu jasa pelayanan pedidikan tidak bisa
disimpan. Ia diproduksi dan dikonsumsi secara bersama. Dampaknya terjadi pada
sistem pemasaran, terutaman pada sisi permintaan. Jika permintaan stabil akan
memudahkan penyedia jasa pendidikan untuk melakukan persiapan, baik dari sarana
dan prasarana maupun peralatan teknologi pendidikan lainnya. Tetapi, jika
permintaan fluktuatif, lebih sulit bagi penyedia jasa pendidikan untuk
melakukan straregi pemasaran. Jasa pendidikan tidak bisa dilihat dan dirasakan
oleh konsumen sebelum konsumen membeli atau mendapatkan penyedia jasa
pendidikan secara langsung. Konsumen juga tidak dapat memprediksi apa hasil
yang akan diperoleh dengan mengonsumsi jasa pendidikan tersebut, kecuali
setelah membelinya.
Tujuan utama proses ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan secara
berkelanjutan, terus-menerus, dan terpadu. Upaya peningkatan mutu pendidikan
yang dimaksudkan tidak sekaligus, tetapi dituju berdasarkan peningkatan mutu
pada setiap komponen pendidikan.
Penggunaan istilah pemasaran saat ini sudah sangat berkembang di semua
sektor kegiatan kita. Jadi, dalam hal ini pemasaran pendidikan dapat diartikan
sebagai bagaimana memuaskan konsumen atau pelanggan pendidikan dengan memakai
dasar pemikiran yang logis, jika konsumen tidak puas berarti pemasaran tersebut
gagal.
Degan demikian, lembaga pendidikan adalah sebuah lembaga yang bergerak dibidang layanan jasa pendidikan yang kegiatannya melayani konsumen berupa murid, siswa, mahasiswa dan masyarakat umum. Dan pada makalah inilah dapat dijelaskan apa itu pemasaran pendidikan, langkah-langkah dalam pemasaran pendidikan dan lain sebagainya.
Degan demikian, lembaga pendidikan adalah sebuah lembaga yang bergerak dibidang layanan jasa pendidikan yang kegiatannya melayani konsumen berupa murid, siswa, mahasiswa dan masyarakat umum. Dan pada makalah inilah dapat dijelaskan apa itu pemasaran pendidikan, langkah-langkah dalam pemasaran pendidikan dan lain sebagainya.
B. PEMBAHASAN
1. KONSEP DASAR PEMASARAN PENDIDIKAN
a. Pasar, Pendidikan dan Sekolah
Persaingan di dunia pendidikan tidak dapat terelakkan lagi, banyak lembaga
pendidikan yang ditinggalkan oleh pelanggannya sehingga dalam beberapa tahun
ini banyak terjadi merger dari beberapa lembaga pendidikan. Kemampuan
adminastor untuk memahami pemasaran pendidikan menjadi prasyarat dalam
mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan lembaganya.
Adapun komponen kunci yang dapat dijadikan sebagai bahan analisis untuk memahami konsep pemasaran pendidikan, yaitu konsep pasar. Pasar merupakan tempat bertransaksi berbagai komuditas yang dihasilkan produsen dengan yang dibutuhkan, diinginkan dan diharapkan konsumen. Pemasaran ialah proses transaksional untuk meningkaatkan harapan, keinginan dan kebutuhan calon konsumen sehingga calon konsumen menjadi tertarik untuk memiliki produk yang ditawarkan dengan cara mengeluarkan imbalan sesuai yang disepakati.
Adapun komponen kunci yang dapat dijadikan sebagai bahan analisis untuk memahami konsep pemasaran pendidikan, yaitu konsep pasar. Pasar merupakan tempat bertransaksi berbagai komuditas yang dihasilkan produsen dengan yang dibutuhkan, diinginkan dan diharapkan konsumen. Pemasaran ialah proses transaksional untuk meningkaatkan harapan, keinginan dan kebutuhan calon konsumen sehingga calon konsumen menjadi tertarik untuk memiliki produk yang ditawarkan dengan cara mengeluarkan imbalan sesuai yang disepakati.
Pendidikan adalah proses perubahan
pola pikir, apresiasi dan pembasaan manusia agar menjadi manusia yang artinya
memanusiakan manusia. Sekolah merupakan salah satu kelembagaan satuan
pendidikan.Walaupun kebanyakan orang sering mengidentikkan sekolah dengan
pendidikan, pendidikan merupakan wahana perubahan peradaban manusia ketika
membicarakan sistem pendidikan tidak cukup hanya membahas sistem persekolahan,
sehingga untuk membicarakan pemasaran pendidikan pun sesungguhnya tidak cukup
hanya dengan membahas terbatas pada pemasaran persekolahan. Karena paradigma
pendidikan yang begitu universal tidak hanya dipandang secara terbatas pada
sistem persekolahan.
Pendidikan merupakan produk jasa yang dihasilkan dari lembaga pendidikan
yang bersifat non profit, sehingga hasil dari proses pendidikan kasad mata.
Untuk lebih mengenal lebih dalam dari pemasaran pendidikan maka harus mengenal
lebih dahulu pengertian dan karakteristik pendidikan ada pada posisi yang tepat
sesuai dengan nilai dan sifat dari pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu,
pendidikan yang dapat laku dipasarkan ialah pendidikan seperti:
1. Ada produk sebagai hasil komuditas
2. Produknya memiliki standar, spesifikasi dan kemasan
3. Memiliki sasaran yang jelas
4. Memiliki jaringan dan media
5. Memiliki tenaga pemasaran.
b. Pengertian dan Karakteristik Jasa Pendidikan.
1. Pengertian jasa pendidikan
Kotler, seorang ahli
pemasaran mengemukakan pengertian jasa adalah setiap tindakan atau atau kinerja
yang ditawarkan oleh satu pihak pada pihak lainnya yang secara prinsip tidak
terwujud dan tidak menyebabkan kepindahan kepemilikan.
Selanjutnya Zaithaml
dan Bitner memberikan definisi jasa adalah jasa pada dasarnya merupakan seluruh
aktivitas ekonomi dengan output selain produk dan engertian fisik, dikonsumsi,
dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip
tidak berwujud bagi pembeli pertamanya.
Pemasaran dalam konteks
jasa pendidikan adalah sebuah proses sosial dan manajerial untuk mendapatkan
apa yang dibutuhkan dan dinginkan melalui penciptaan penawaran, pertukaran
produk yang bernilai dengan pihak lain dalam bidang pendidikan. Etika pemasaran
dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan intelektual dan pembentukan
watak secara menyeluruh.
Bedasarkan beberapa
definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan sebagai produk
jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud akan tetapi dapat memenuhi kebutuhan
konsumen yang diproses dengan menggunakan atau tidak menggunakan bantuan produk
fisik dimana proses yang terjadi merupakan interaksi antara penyedia jasa
dengan penguna jasa yang mempunyai sifat tidak mengakibatkan perpindahan hak
atau kepemilikan.
2. Karakteristik jasa pendidikan
Banyak ahli yang
mengemukakan karakteristik jasa diantaraya adalah Kotler yang mengemukakan
bahwa jasa mempunyai 4 ciri utama, yaitu:
a. Tidak berwujud,
b. Tidak terpisahkan,
c. Bervariasi,
d. Mudah musnah.
Sedangkan Baterson mengemukakan 8 karakteristik jasa, yaitu:
a. Jasa tidak dapat disimpan dan dikonsumsi pada saat dihasilkan,
b. Jasa tergantung pada waktu,
c. Jasa bergantung pada tempat,
d. Konsumen merupakan bagian integral dari proses produksi jasa,
e. Setiap orang atau apapun yang berhubungan dengan konsumen mempunyai andil
dalam memberikan peranan,
f. Perubahan pada konsep kemanfaatan,
g. Karyawan penghubung merupakan bagian dari proses produksi jasa,
h. Kualitas jasa tidak dapat diperbaiki pada saat proses produksi karena
produksi jasa terjadi secara real time.
Pendidikan merupakan
produk yang berupa jasa, yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Lebih bersifat tidak berwujud dari pada berwujud.
b. Produksi dan konsumsi bersamaan waktu.
c. Kurang memiliki standar dan keseragamaan.
Seperti yang dikemukakan oleh Dan Steinhoff “the raw material of services
is people”, bahan baku untuk menghasilkan jasa ialah orang. Orang yang memiliki
ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, pepatah mengatakan
bahwa tidak ada manusia yang memiliki persamaan bahkan anak kembar sekalipun.
Hal itulah yang menjadikan dasar bahwa pelayanan jasa pendidikan antara satu
denan yang lainnya berbeda.
Dengan melihat karakteritik tersebut, jasa pendidikan diterima setelah melakukan interaksi dengan penghubung yang sangat dipengaruhi oleh siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal tersebut menjelaskan bahwa keberhasilan pendidikan akan sangat tergantung pada siapa, kapan dan dimana proses tersebut terlaksana.
Dengan melihat karakteritik tersebut, jasa pendidikan diterima setelah melakukan interaksi dengan penghubung yang sangat dipengaruhi oleh siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal tersebut menjelaskan bahwa keberhasilan pendidikan akan sangat tergantung pada siapa, kapan dan dimana proses tersebut terlaksana.
3. Pengertian Pemasaran Pendidikan
Pemasaran atau
marketing tidak diasumsikan dalam arti yang sempit yaitu penjualan akan tetapi
markting memiliki pengertian yang sangat luas. Intinya penerapan marketing
tidak hanya berorientasi ada peningkatan laba lembaga akan tetapi bagaimana menciptakan
kepuasan bagi customer sebagai bentuk tanggung jawab kepada stakeholder atas
mutu dari outputnya. Penerapan marketing di atas terlebih dahulu harus
memperbaiki fondassi-fondasi, diantaranya perhatian pada kualitas yang
ditawarkan, serta jeli melihat segmentasi dan penentuan sasaran.
Konsep marketing tidak
berorientasi asal barang habis tanpa memperhatikan sesudah itu, berorientasi
jangka panjang yang lebih menekankan pada kepuasan konsumen, dimana marketing
itu sendiri adalah suatu usaha bagaimana memuaskan, memenuhi needs and wants
dari konsumen.
Demikian halnya dengan
pemasaran pendidikan, beberapa ahli memberikan pengertian diantaranya adalah:
Kotler mengemukakan
bahwa pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial, baik oleh individu
atau kelompok, untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui
penciptaan penawaran, pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain.
Khususnya dalam
markeing pendidikan John R. Silber yang dikutip Buchari Alma menyatakan bahwa
etika marketing dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan
intelektual dan membentuk watak secara menyeluruh. Hal itu karena pendidikan
sifatnya lebih kompleks, yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, hasil
pendidikannya mengacu jauh ke depan, membina kehidupan warga negara, generasi
penerus ilmuwan di kemudian hari.
Dalam membangun lembaga
pendidikan, Brubacher menyatakan ada dua landasan filosofi yaitu landasan
epistemologis, dimana lembaga pendidikan harus berusaha untuk mengerti dunia
sekelilingnya, memikirkan sedalam-dalamnya masalah yang ada di masyarakat,
dimana tujuan pendidikan tidak dapat dibelokkan oleh berbagai pertimbangan dan
kebijakan, tetapi harus berpegang teguh pada kebenaran. Sedangkan landasaan
politik adalah memikirkan kehidupan praktis untuk tujuan masa depan bangsa
karena masyarakat kita begitu kompleks sehingga banyak masalah.
4. Kepuasan Pelanggan Pendidikan
Seperti yang telah
dijelaskan diawal bahwasanya penerapan marketing ini adalah untuk menciptakan
kepuasan bagi pelanggan pendidikan. Ketika berbicara tentang kepuasan maka kita
hars menyadari bahwa kepuasaan antara satu orang dengan orang yang lainnya
berbeda, artinya kepuasan berurusan dengan beberapa hal.
Kata kepuasan berasal dari bahasa Latin “satis” (artiya cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat), sehingga kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai. Jadi merupakan respons konsumen yang terpenuhi keinginannya, ada kemungkinan features barang atau jasa.
Kata kepuasan berasal dari bahasa Latin “satis” (artiya cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat), sehingga kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai. Jadi merupakan respons konsumen yang terpenuhi keinginannya, ada kemungkinan features barang atau jasa.
Giese dan Cote yang
dikutip oleh Fandhy dan Gregorius mengemukakan tentang tiga komponen utama,
yaitu:
a. Kepuasan pelanggan merupakan respons (emosional atau kognitif),
b. Respons tersebut menyangkut proses fokus tertentu (ekspetasi, produk,
pengalaman konsumsi, dan seterusnya),
c. Respons terjadi pada waktu tertentu (setelah konsumsi, setelah pemilihan
produk/jasa, berdasarkan pengalaman akumulatif dan lain-lain).
Secara singkat kepuasan pelanggan terdiri dari respons yang menyangkut
fokus yang ditentukan pada waktu tertentu.
Stauss dan Neuhaus yang
dikutip Fandhy dan Gergorius membedakan tiga tipe kepuasan dan dua tipe
ketidakpuasan berdasarkan kombinasi antara emosi spesifik terhadap penyedia
jasa, ekspetasi menyangkut kapabilitas kinerja masa depan pemasok jasa, dan
minat berprilaku untuk memilih lagi penyedia jasa bersangkutan, tipe tersebut
adalah :
a. Demanding customer satisfaction, merupakan tipe kepuasan yang aktif, relasi
dengan penyedia jasa diwarnai emosi positif, terutama optimisme dan
kepercayaan. Berdasarkan pengalaman positif dimasa lalu, pelnggan dengan tipe
kepuasan ini berharap bahwa penyedian jasabakal mampu memuaskan ekspetasi
mereka yang semakin meningkat di masa depan, selain itu mereka bersedia
meneruskan relasi yang memuaskan dengan penyedia jasa sehingga loyalitas akan
tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam meningkatkan kinerjanya seiring
dengan tuntutan pelanggan.
b. Stable customer satisfaction, yaittu pelanggan yang memiliki tingkat
aspirasi pasif dan prilaku yang demanding. Emosi positifnya terhadap penyedia
jasa bercirikan steadiness dan trust dalam relasi yang terbina saat ini, dimana
mereka menginginkan segala sesuatunya tetap sama. Berdasarkan penalaman positif
yang telah terbentuk, mereka bersedia melanjutkan relasi dengan penyedia jasa.
c. Resigned customer satisfaction, yaitu pelanggan pada tipe ini merasa puas
namun bukan diakibatkan pemenuhan ekspektasinya, namun lebih didasarkan pada
kesan tidak realitas, perilakunya cenderung pasif cenderung tidak bersedia
melakukan berbagai upaya dalam menuntut perbaikan.
d. Stable customer dissatisfaction, pelanggan tidak puas terhadap kierja
penyedia jasa namun cenderung tidak melakukan apa-apa. Relasi dengan penyedia
jasa diwarnai emosi negattif dan asumsi ekspektasi mereka dimasa datang tidak aka
terpenuhi, dan tidak melihat adanya peluang untuk perubahan dan perbaikan.
e. Demanding customer dissatisfaction, bercirikan tingkat aspirasi aktif dan
periaku demanding, pada tingkata emosi ketidakpuasan menimbulkan protes dan
oposisi, mereka aktif menuntut perbaikan.
Dalam melakukan
pengukuran kepuasan pelanggan, Kotler mengemukakan beberapa cara diantaranya
adalah:
a. Sistem keluhan dan saran
b. Survey kepuasan pelanggan
c. Pembeli bayangan
d. Analisis pelanggan yang beralih.
Dalam konteks pendidikan kepuasan pelanggan dapat dilihat dari beberapa komponen,
yaitu sebagai berikut :
a. Karakteristik barang dan jasa Nama sekolah yang dikenal, staf pengajar yang
kompeten, dan hubungan dengan lembaga luar
b. Emosi pelanggan Motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
c. Atribut-atribut pendukung Promosi di bidang jasa sekolah, lulusan yang
dihasilkan, dan prestasi-prestasi yang dicapai
d. Persepsi terhadap pelayanan Penerimaan pelayanan oleh siswa
e. Pelanggan lainnya Penyebarluasan informasi
f. Manfaat Fungsional dan emosional
g. Biaya Moneter, waktu, energi dan fisik.
2. LOYALITAS PELANGGAN PENDIDIKAN
Loyalitas pelanggan adalah bahwa kesetiaan pelanggan diukur dengan frekuensi
penggunaan kembali sebuah jasa. Kepuasan tersebut dapat juga diamati ketika
pelanggan jasa menganjurkan atau bahkan mendesak orang lain untuk mengkonsumsi
jasa tersebut. Jadi kesetiaan pelanggan dapat dilihat melalui prilaku
pelanggan.
Griffin mendefinisikan loyalitas sebagai suatu prilaku, yang ditunjukkan
dengan pembelian rutin. Didasarkan pada unit pengambilan keputusan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, kepuasan pelanggan dalam konteks pendidikan dapat diamati pada prilaku siswa yang melakukan kegiatan rutin. Loyalitas lebih mengacu pada prilaku yang relatif stabil dalam jangka panjang dari unit-unit pengambil keputusan untuk melakukan kegiatan secara terus menerus terhadap program lembaga pendidikan yang dipilih.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, kepuasan pelanggan dalam konteks pendidikan dapat diamati pada prilaku siswa yang melakukan kegiatan rutin. Loyalitas lebih mengacu pada prilaku yang relatif stabil dalam jangka panjang dari unit-unit pengambil keputusan untuk melakukan kegiatan secara terus menerus terhadap program lembaga pendidikan yang dipilih.
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh lembaga penddidikan jika memiliki
siswa loyal adalah :
a. Mengurangi biaya pemasaran
b. Mengurangi biaya taransaksi biaya, transaksi kontrak, pemrosesan pemesana,
dan lain-lain.
c. Mengurangi biaya tern over konsumen
d. Meningkatkan penjuala silang yang akan memperbesar pangsa pasar lembaga
e. Word of mouth yang lebih positif dengan asums bahwa konsumen yang loyal juga
berarti yang merasa puas
f. Mengurangi biaya kegagalan
Keuntungan memiliki sejumlah siswa yang
loyal terhadap lembaga pendidikan adalah memberikan citra bahwa jasa pendidikan
yang ditawarakan tersebut dapat diterima dan dikenal oleh masyarakat luas,
memiliki reputasi baik, dan sanggup untuk memberikan dukungan layanan dan
peningkatan mutu pendidikan.
3. PENERAPAN PEMASARAN PENDIDIKAN
Pemasaran pendidikan mempunyai 7 elemen pokok, yaitu :
a.
Product, merupakan hal
yang paling mendasar yang akan menjadi pertimbangan preferensi pilihan bagi
customer, merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada customer yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
b.
Price, merupakan elemen
yang berjalan sejajar dengan mutu produk, dimana apabila mutu produk baik, maka
calon siswa berani membayar lebih tinggi apabila dirasa dalam batas kejangkauan
pelanggan pendidikan.
c.
Place, adalah letak
lokasi sekolah mempunyai peran yang sangat penting, karena lingkungan dimana
jasa disampaikan merupakan bagian dari nilai dan manfaat jasa yang
dipersepsikan cukup berperan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
pilihan.
d.
Promotion, merupakan
suatu bentuk komunikasi pemasaran yaitu aktivitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, atau mengingaatkan pasar sasaran
atas lembaga dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada
produk yang di tawarkan oleh lembaga tersebut.
e.
People, ini menyangkut
peran pemimpin dan civitas akademika dalam meningkatkan citra lembaga, dalam arti
semakin berkualitas unsur pemimpin dan civitas akademika dalam melakukan
pelayanan pendidikan maka akan meningkat jumlah pelanggan.
f.
Physical evidence,
merupakan sarana dan prasarana yang mendukung proses penyampaian jasa
pendidikan sehingga akan membantu tercapainya janji lembaga kepada
pelanggannya.
g.
Process, ini adalah
penyampaaian jasa pendidikan merupakan inti dari seluruh pendidikan, kualitas
dari seluruh elemen yang menunjang proses pendidikan menjadi hal yang sangat
pentin untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran sekaligus sebagai
bahan evaluasi terhadap pengelolaan lembaga pendidikan dan citra yang terbentuk
akan membentuk circle dalam merekrut pelanggan pendidikan.
4. LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS PEMASARAN PENDIDIKAN
Di dalam pemasaran pendidikan terdapat beberapa langkah strategis, yaitu :
a.
Identifikasi pasar,
yaitu sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kondisi dan ekspektasi
pasar termasuk atribut-atribut pendidikan yang menjadi kepentingan konsumen
pendidikan.
b.
Segmentasi pasar dan
positioning, yaitu membagi pasar menjadi kelompok pembeli yang dibedakan
berdasarkan kebutuhan, karaktristik, atau tingkah laku yang mungkin membutuhkan
produk yang berbeda. Sedangkan positioning adalah karakteristik dan pembedaan
produk yang nyata yang memudahkan konsumen untuk membedakan produk jasa antara
satu lembaga dengan lembaga lainnya.
c.
Diferensiasi produk,
melakukan diferensiasi merupakan cara yang efektif dalam mencari perhatian
pasar. Strategi ini adalah strategi yang memberikan penawaran yang berbeda
dibandingkan penawaran yang diberikan oleh kompetitor.
d.
Komunikasi pemasaran,
yaitu publikasi prestasi oleh media independen, seperti berita dalam media
massa.
e.
Pelayanan sekolah, hal
ini terlihat sebagai apa yang diharapka konsumen. Kesenjangan yang sering
terjadi adalah adanya perbedaan persepsi kualitas dan atribut jasa pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap organisasi jasa, termasuk sekolah
terdapat beberapa ciri organisasi jasa yang baik, yaitu memiliki :
a.
Konsep strategis yang memiliki
fokus pada konsumen.
b.
Komitmen kualitas dari
manajemen puncak.
c.
Penetapan standar yang
tinggi.
d.
Sistem untuk memonitor
kinerja jasa.
e.
Sistem untuk memuaskan
keluhan pelanggan.
f.
Memuaskan karyawan sama
dengan pelanggan.
Terdapat lima langkah dalam rangka mencapai ciri-ciri di atas, yaitu :
a.
Keandalan merupakan
kemamampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan
terpercaya.
b.
Responsif merupakan
kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.
c.
Keyakinan merupakan pengetahuan
dan kompetensi guru dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan
keyakinan.
d.
Empati merupakan syarat
untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan.
e.
Berwujud merupakan
penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil dan media komunikasi.
5. MEMBUAT CITRA (IMAGE) BAIK TERHADAP PENDIDIKAN
Citra adalah impresi perasaan atau konsepsi yang ada pada publik mengenai
perusahaan, mengenai suatu objek, orang ataumengenai lembaga. Citra tidak dapat
dicetak seperti mencetak barang, tetapi citra adalah kesan yang didapat sesuai
dengan pengetahuan, pemahaman seseorang tentang sesuatu.
Citra terbentuk dari bagaimana lembaga melaksanakan kegiatan oprasionalnya
yang mempunyai landasan utama pada segi layanan. Citra juga terbentuk
berdasarkan impresi, berdasarkan pengalaman yang dialami oleh seseorang
terhadap sesuatu, sehingga dapt membangun suatu sikap mental. Dan sikap mental
inilah yang nantinya dipakai sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan.
Sebab citra dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang terhadap
sesuatu. Lembaga pendidikan dan lembaga non profit lainnya, mencari dana yang
diperlukan untuk membiayai organisasi. Dana ini diperoleh dari orang-orang yang
berhubungan dengan organisasi. Oleh sebab itu, agar lebih mudah mengalir maka
perlu dibentuk citra yang baik terhadap organisasi.
Dengan demikian, lembaga pendidikan harus berusaha menciptakan citra
positif di hati masyarakat, sehingga masyarakat dapat membuat keputusan untuk
mendaftarkan putra-putri mereka masuk ke lembaga pendidikan tersebut.
Pembentukan citra ini juga tidak dapat terbentuk secara cepat dan singkat,
sebab masyarakat bersifat sesitif dan kritis. Citra negatif biasanya cepat
terbentuk, namun citra positif memerlukan waktu yang lama. Oleh karenaa itu,
lembaga pendidikan secara terus menerus membangun, membentuk dan mempertahankan
citra yang positif.
Berikut ini adalah beberapa variabel yang mempunyai peranan dalam
menimbulkan citra yang baik bagi lembaga pendidikan:
a.
Gedung.
Gedung yang rapi,
indah, dan memiliki fasilitas belajar yang memadai menimbulkan kesan bahwa sekolah
yang bersangkutan adalah bonafid dan menjanjikan layanan pendidikan yang
bermutu. Sebaliknya, gedung yang kurang terawat akan memberikan citra sekolah
yang kurang terurus, tidak meyakinkan.
b.
Guru.
Guru yang mempunyai
tingkat pendidikan tinggi dan sesuai dengan bidang yang diajarkan akan
memberikan kesan bahwa mutu layanan pendidikan di sekolah tersebut bagus.
Sebaliknya, guru-guru yang kebanyakan bukan lulusan perguruan tinggi atau yang
ijazah pendidikannya kurang sesuai dengan bidang yang diajarkan akan memberikan
kesan 'guru cakupan' di sekolah tersebut.
c.
Prestasi siswa dalam UN.
Adanya beberapa siswa
yang berprestasi bagus dalam UN akan mengangkat citra sekolah yang bersangkutan
sebagai lembaga pendidikan yang bermutu. Citra itu akan lebih baik lagi
kalau prestasi siswa itu dicapai dalam mata pelajaran umum.
d.
Kegiatan Olah Raga dan
Kesenian.
Adanya prestasi sekolah
di bidang olah raga (misalnya pernah menjuarai kejuaraan tingkat kecamatan,
kabupaten/kotamadya, atau propinsi), sedikit banyak, akan meningkatkan
perhatian dan minat masyarakat terhadap sekolah tersebut.
e.
Mutu Pendidikan
Keagamaan.
kemenonjolan di bidang
ini tetap merupakan daya tarik utama bagi masyarakat untuk memilih sekolah
tersebut sebagai tempat pendidikan (untuk anaknya).
C. PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan
Pemasaran pendidikan merupakan langkah pembaharuan ketika sebuah lembaga
pendidikan harus mengikuti ketatnya persaingan untuk memperoleh pelanggan. Bagi
lembaga pendidikan yang telah memiliki image yang bagus di masyarakat seperti
sekolah favorit, implementasi pemasaran pedidikan hanya membutuhkan plenning
yang lebih menyempurnakan keeradaan sekolah tersebut dengan melakukan
improvement quality yang berkesinambungan dengan inovasi sebagai terobosan baru
dalam mengantisipasi permintaan dunia kerja sebagai relevansi dari dunia
pendidikan.
Pendidikan yang dapat dipasarkan adalah pendidikan yang memiliki produk
sebagai komuditas, produknya memiliki standar, spesifikasi dan kemasan, memiliki
sasaran yang jelas, memiliki jaringan dan media, dan memiliki tenaga pemasar.
Pemasaran pendidikan dapat dilakukan melalui promosi, dengan tujuan untuk
memberi informasi kepada masyarakat tentang produk-produk sekolah, meningkatkan
minat dan ketertarikan masyarakat tentang produk sekolah, membedakan produk
sekolah dengan produk sekolah lainnya, memberi penekanan nilai lebih yang
diteria masyarakat atas produk yang ditawarkan, dan menstabilkan eksistensi dan
kebermaknaan sekolah di masyarakat.
Cara-cara yang dapat dilakukan dalam promosi, yaitu komunikasi personal dan
interpersonal, periklanan, promosi penjualan, publisitas/hubungan masyarakat,
peralatan intruksional, dan corporate design.
Adapun penerapannya sendiri dalam pemasaran pendidikan terdapat bebera
elemen, yakni product, price, place, promotion, people, physical evidence, dan
process.
Semua elemen di atas menjadi panduan dalam melakukan analisis untuk menciptakan strategi pemasaran yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh suatu lembaga. Penerapan dengan improvement quality secara berkesinambungan secara pasti akan meningkattkan posisi lembaga pada posisi yang diinginkan.
Semua elemen di atas menjadi panduan dalam melakukan analisis untuk menciptakan strategi pemasaran yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh suatu lembaga. Penerapan dengan improvement quality secara berkesinambungan secara pasti akan meningkattkan posisi lembaga pada posisi yang diinginkan.
Adapun sebuah citra terbentuk dari bagaimana lembaga melaksanakan kegiatan
oprasionalnya yang mempunyai landasan utama pada segi layanan. Citra juga
terbentuk berdasarkan impresi, berdasarkan pengalaman yang dialami oleh
seseorang terhadap sesuatu, sehingga dapt membangun suatu sikap mental. Dan
sikap mental inilah yang nantinya dipakai sebagai pertimbangan untuk mengambil
keputusan. Sebab citra dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang
terhadap sesuatu. Lembaga pendidikan dan lembaga non profit lainnya, mencari
dana yang diperlukan untuk membiayai organisasi. Dana ini diperoleh dari
orang-orang yang berhubungan dengan organisasi. Oleh sebab itu, agar lebih
mudah mengalir maka perlu dibentuk citra yang baik terhadap organisasi.
Dengan demikian, intinya dengan adanya penerpan pemasaran pendidikan maka
akan menciptakan budaya kualitas dal setiap segmen dan langkahnya, sehingga
proses pendidikan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan
menimbulkan kepuasan, sedangkan kepuasan dari pelanggan pendidikan akan
mengantarkan lembaga tersebut pada citra yang lebih baik serta peningkatan
peminat pendidikan, sehingga pendapatan pada lembaga menjadi meningkat juga.
DAFTAR PUSTAKA
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan “Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah”, (Bandung: Pustaka Educa, 2010).
Umiarso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, “Menjual Mutu Pendidikan dengan Pendekatan Quality Control bagi Pelaku Lembaga Pendidikan”, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2010).
Buchari Alma, Manajemen
Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung: Alfabeta, 2009).
Buchori Alma dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Fokus pada Mutu dan Layanan Prima, (Bandung: Alfabeta, 2007).
-----------,
Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2005).
MANAJEMEN PEMASARAN DALAM PENDIDIKAN
Makalah Ini Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Pemasaran
Dosen,
Dr.
Ir. Fatah Nurdin, MM

Disusun
Oleh : Sapari, S.Pd
NIM :332142330131
PROGRAM PASCASARJANA STIMA IMMI
JAKARTA
TAHUN 2014/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar