1. Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran
Mengutip pendapat Prof.
Dr. Made Pidarta, dalam bukunya “Landasan Kependidikan”, pendidik dapat
diartikan secara luas dan sempit. Secara luas (universal), Pidarta menyebut
pendidik sebagai semua orang yang mempunyai kewajiban mendidik anak, sedangkan
dalam arti sempit (spesifik), pendidika dikatakan sebagai orang-orang yang
sengaja dipersiapkan menjadi guru atau dosen. Dengan demikian, guru yang sudah
dicetuskan sebagai tenaga pendidik yang khusus, diharapkan memiliki
profesionalitas dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik. Maksudnya
adalah guru harus mampu memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan
sempurna, sesuai jabatan yang dimilikinya.
Menurut Uno, dalam
tinjauan bab yang dilakukan di sini, banyak sekali kegiatan yang dapat dipilih
guru dalam menyampaikan pembelajaran. Sayangnya, tidak ada rumus sederhana
untuk mencocokkan kegiatan dengan sasaran. Ada yang dianggap baik untuk seorang
pengajar atau sekelompok siswa, bisa saja tidak memuaskan dalam situasi lain.
Karenanya, Uno mengatakan perlu adanya persiapan landasan bagi pengambilan
putusan secara memuaskan tentang metode pengajaran dan kegiatan belajar yang
efektif. Beberapa pola pembelajaran efektif tersebut, kata dia, dapat dilakukan
dengan pengembangan metode-metode mengajar dan kegiatan belajaran yang sudah
umum dilakukan, misalkan metode ceramah, berbicara dengan formal, menulis di
papan tulis, memperagakan, menggunakan bahan pandang dengar, mempersiapkan
lembar kerja siswa, menulis laporan praktikum, dan barangkali menonton film
serta menggunakan bahan pandang dengar yang lain.
Metode-metode tersebut tidak dapat digunakan dengan sembarangan ketika merencakan program pengajaran. Ada beberapa alasan dikemukan Uno. Pertama, dari pengetahuan tentang gaya belajar, baik metode kelompok maupun metode mandiri harus digunakan. Ada siswa dapat belajara mandiri, tetapi ada juga sejumlah siswa lebih senang belajar dalam suasana dan situasi pengajaran yang beraturan dan terpimpin. Kedua, kondisi adan asas belajar menyebabkan kita tangggap akan perlunya memilih metode yang memberi peluang untuk peran serta yang aktif dari pihak siswa dalam segala kegiatan belajar. Ketiga, jika kita siap menggunakan teknologi pengajaran yang baru (TV, komputer, dan lain-lain), penakaran bisaanya diberikan pada penyajia kelompok atau pada kegiatan belajar mandiri.
Jenis penyajian ini
tidak memberikan kesempatan interaksi antarguru-siswa secara tatap muka.
Keempat, ada persoalan dalam keefesienan menggunakan waktu guru dan siswa,
sarana, serta peralatan. Untuk tujuan tertentu mungkin lebih efesien apabila
guru menyajika informasi kepada seluruh kelas secara serempak (dengan jumlah
siswa berapa saja) daripada menguasai siswa mempelajari bahan secara mandiri.
Menurut Uno, secara
kesuluruhan, metode penyajian kelompok dan belajar mandiri paling berhasil
mencapai sasaran dalam ranah afektif dan psikomotor. Lebih jauh, ia
menjelaskan, cara terbaik dan efektif dalam mencapai sasaran afektif adalah
melalui kerja kelompok.
2. Kondisi dan Asas untuk belajar yang berhasil
Dalam buku “Profesi
Kependidikan” pada Bab 5, Uno menyebutkan pengajaran yang efektif ditandai oleh
berlangsungnya proses belajar. Ia menawarkan beberapa kondisi dan asas belajar
yang penting dan dianggap bermanfaat. Kondisi dan asas tersebut yakni:
a.
Persiapan sebelum
mengajar, siswa harus lulus atau menguasai materi sebelumnya sehingga materi
selanjutnya dapat dengan mudah diajarkan.
b.
Sasaran belajar
c.
Susunan bahan ajar
d.
Perbedaan individu
e.
Motivasi
f.
Sumber pengajaran
g.
Keikutsertaan
h.
Balikan
i.
Penguatan
j.
Latihan pengulangan
k.
Urutan kegiatan
l.
Penerapan
m.
Sikap mengajar
n.
Penyajian di depan
kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar